Rabu, 25 Maret 2015

Melahirkan Kader dan Pemimpin Sejati





Melahirkan Kader dan Pemimpin Sejati





Paket Umroh Bulan Ramadhan  2015 ,Pada pagi yang penuh berkah ini, kita semua memuja serta memuji kebesaran dan keagungan Allah SWT, yang merupakan wujud kesyukuran kita atas segenap limpahan nikmat serta rahmat-Nya yang tak terhingga. Kita kembali merasakan kegembiraan serta kebahagiaan untuk suasana Idul Adha pada hari ini.                                                            Hari raya Idhul Adha atau Idhul Qurban seperti yang kita laksanakan pada hari ini menyegarkan kembali ingatan kita kepada sejarah pengorbanan yang luar biasa yang telah dilakukan oleh sosok Nabiyullah Ibrahim As bersama-sama keluarganya, Siti Hajar dan Ismail As. Pengorbanan luar biasa dari sosok Nabiyullah Ibrahim As bersama keluarganya ini dijadikan oleh Allah SWT sebagai patron supaya menjadi tauladan untuk seluruh ummat manusia sepanjang zaman. Hal ini diakui serta dinyatakan sendiri oleh Allah SWT dalam sebuah firman-Nya:“Sungguh adalah bagi kamu menjadi contoh teladan yang baik tentang kehidupan Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya”. (S. Al-Mumtahanah : 4).Kehidupan Nabi Ibrahim sungguh-sungguh sarat dengan keteladanan yang wajib diikuti tuk memetik kehidupan yang bersih serta bebas dari kesemrawutan serta kebrutalan yang melanda dunia saat ini.



sosok Pemimpin yang sangat konsen dan sabar dalam membina kader




Nabi Ibrahim adalah sosok Pemimpin yang sangat konsen dan sabar dalam membina kader, yang diharapkan menjadi pemimpin pelanjut perjuangan.
Pada usia perkawinan yang sudah sangat senja, disaat beliau dan Istri sudah tua, anak yang ditunggu-tunggu, generasi pelanjut yang diidam-idamkan belum pula dikaruniakan. Penantian yang panjang seperti itu tidaklah menyebabkan Nabiyullah Ibrahim As berputus asa dari Rahmat Allah SWT. Dalam masa penantian yang panjang tersebut, Beliau tetap istiqomah, selalu menerus berdo’a dan memohon kepada Allah agar dianugerahi keturunan yang Sholeh. Beliau kerap berdo’a “Robbi habli minassholihin, Robbi habli minassholihin, Robbi habli minassholihin”, Yaa Allah ya Tuhan-ku karuniakanlah kepadaku anak yang sholeh. Akhirnya Allah menganugerahkan kepada beliau Ismail As.  Paket Umroh Murah Bulan Ramadhan 2015



Sang generasi pelanjut yang telah lama dinantikan telah mencapai umur sanggup




Tatkala Ismail, Sang generasi pelanjut yang telah lama dinantikan telah mencapai umur sanggup “membantu dan berjuang bersama-sama Ayahnya”, umur yang sudah dapat diajak bertukar pikiran untuk mencari penyelesaian problem yang nyata, umur dimana Ismail telah menampakkan tanda-tanda kesholehan dan kekaderannya, umur yang sangat menyenangkan untuk diajak jalan bersama, yang oleh Al-qur’an disebut dengan ma’ahus sa’ya, datanglah ujian keimanan berikutnya.

Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim As untuk menempatkan  keluarganya, Siti Hajar dan Ismail di Makkah dekat dengan ka’bah. Hal ini diterangkan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj sebagai berikut:

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di salahsatu lembah yang tiada tanam-tanamannya, di dekat rumah-Mu yang disucikan”.

Lihatlah bagaimana sosok Nabiyullah Ibrahim As diuji oleh Allah dengan Ujian yang sungguh-sungguh berat. Di satu sisi Nabi Ibrahim diperintahkan untuk berpisah dengan anak dan Istrinya serta di sisi yang lain beliau diperintahkan untuk menempatkan keluarganya, Istri yang baru melahirkan serta anaknya yang masih merah di salahsatu tempat yang gersang, malahan sangat gersang, saking gersangnya sampai rumputpun tidak tumbuh sama sekali. Istri ditinggal sendiri tanpa suami dan sanak keluarga, tanpa pembantu dan tetangga. Ditinggal di gurun pasir yang panas dan bukit batu yang ganas.

Sehabis ditinggal Nabiyullah Ibrahim, maka tinggallah Siti Hajar sebatang kara dengan anaknya. Hari-hari dilaluinya sendiri dengan anaknya dengan bekal seadanya. Waktu terus berlalu, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, Semakin lama, persedian  bekal  semakin menipis. Akhirnya perbekalan habis sama sekali. Tiada siapa-siapa yang dapat dimintai tolong, tiada keluarga tiada saudara, juga tiada tetangga. Air susupun telah kering, sementara buah hati menangis kehausan. Dalam keadaan seperti itu Jiwa kasih seorang Ibu yang ada pada diri Siti hajar menyebabkan dia harus berlari-lari antara bukit shofa dan marwa untuk mengejar dan memperoleh air untuk keberlangsungan hidup anaknya.

Demikianlah seorang Hajar berjuang dan selalu berupaya, berlari dari shafa ke marwah untuk mendapatkan pertolongan. Namun apa yang diharapkan tidak kunjung didapat. Walau demikian beliau selalu tegar serta optimis dan selalu berlari, sa’i, berjuang dari bukit shafa dan marwah sampai 7 kali. Sehabis mujahadah, kerja keras maksimal dilakukan oleh Hajar, Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyang menurunkan bantuan-Nya dengan mengeluarkan mata air di dekat kaki Ismail. Umroh Bulan Ramadhan 2015





Ujian yang  berlangsung secara terus menerus






Ujian berat yang diterima Nabiyullah Ibrahim As tidak berhenti sampai di situ saja. Kenyataannya sehabis Ismail beranjak dewasa, Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Allah yang tidak pernah berbuat zhalim kepada hamba-Nya,  memerintahkan kepada Nabi Ibrahim As untuk menyembelih putra tercinta, putra tunggal, harapan satu-satunya yang menjadi pelanjut risalah perjuangan. Cinta Orang tua untuk Anak, harapan pemimpin untuk kader pelanjut perjuangan, dan rasa belas kasih seorang hamba diperhadapkan dibenturkan dengan ketaatan serta kepasrahan kepada kehendak dan perintah Allah Yang Maha Kuasa.

Nabi Ibrahim menyadari bahwa hidup ini wajib selalu dalam ketaatan kepada Allah Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ketaatan kepada Allah ialah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar. Apapun pengorbanan yang diminta, apapun resiko yang wajib ditanggung, perintah Allah itulah yang terbaik, Perintah Allah itulah yang wajib didahulukan, Perintah Allah itulah yang hendak diikuti, ditaati serta dilaksanakan. Justru sampai pada tingkat dimana perintah itu dalam pandangan kita terasa dan terlihat seperti sesuatu yang sangat tidak wajar, tidak masuk akal, malahan tidak manusiawi, wajib dan wajiblah kita yang merupakan seorang yang mengaku beriman untuk mengatakan “Sami’na wa atha’naa – Kami dengar dan kami patuhi”.

Menyadari akan hal tersebut, Nabi Ibrahim pun menajamkan aqidah dan keyakinannya untuk mewujudkan perintah itu. Beliau kemudian menyampaikan perintah Allah tersebut kepada putranya, Ismail AS. Sungguh jawaban dan respon yang beliau dapatkan sangat luar biasa. Tatkala beliau mengatakan kepada Ismail, Wahai Anakku sungguh aku melihat dalam mimpiku bahwa Aku diperintahkan Allah untuk menyembelihmu, maka kemukakanlah bagaimana pendapatmu?. Dengan tegas, sopan serta penuh keyakinan kepada Rahmat dan Kasih Sayang Allah SWT, Ismail As menampakkan bukti kesholehannya,  dengan mengatakan:
“Wahai ayah, laksanakanlah apa yang diperintahkan Tuhan kepada ayah, Insya Allah  ayah bisa mendapati saya dalam keadaan sabar“.(As-Shaffat;102)





Jawaban yang dilontarkan oleh Nabi Ismail






Jawaban yang dilontarkan oleh Ismail ini merupakan gambaran keberhasilan sebuah proses pendidikan, yaitu pendidikan tauhid, sebuah pendidikan yang telah dilakoni dengan gemilang oleh Nabiyullah ibrahim dalam keluarga beliau. Pendidikan tauhid ini menjadikan Ismail dapat menjalankan perintah Allah sampai dengan efek pengorbanan nyawa. Keteguhan hati dan kepasrahan yang tinggi bagi Ismail untuk menerima perintah Allah yang sungguh-sungguh berat itu, disebabkan karena keberhasilan kedua orang tuanya menanamkan ketauhidan dalam jiwanya.

Keberhasilan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam di dalam mendidik dan mengkader anaknya bukanlah pekerjaan ringan, yang bisa didapatkan dalam waktu yang singkat saja. Hal itu termasuk pekerjaan berat yang butuh waktu panjang. Nabi Ibrahim secara terus menerus memberikan contoh peragaan ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya untuk segala hal. Peragaan inilah yang selalu ditangkap serta dihayati oleh putranya Ismail sehingga terpatri dalam jiwanya. Memang untuk memperoleh kader seperti yang kita harapkan, memerlukan perhatian lalu pengorbanan yang sangat besar.  Makanya sangat aneh jika seorang orang tua atau pemimpin menginginkan kader pelanjut dalam konteks perjuangan Islam, sementara perhatian dan pengorbanannya untuk itu masih kurang. Atau mungkin pengorbanan dan perhatiannya sudah besar tapi belum kompeten. Perhatian dan pengorbanan yang diberikan lebih banyak kepada hal-hal yang bersifat materi, bukan pada spirit dan ruhaninya, bukan pembekalan spirit kepemimpinan dan hal-hal yang bersifat transenden.





Ikhwanie Kaum Muslimin yang berbahagia





Anak-anak kita sebaiknya mendapatkan perhatian yang serius dari kita para orang tua. Jangan sampai hanya aspek intelektualnya yang diperhatikan, tetapi mental dan spritualnya memprihatinkan. Jangan kita bangga dengan pendidikan yang semata-mata memacu kecerdasan otaknya, tapi semakin hari semakin jauh dari agamanya.  Sebuah ungkapan yang masyhur menyatakan:

“Barang siapa yang bertambah ilmunya namun tidak bertambah petunjuk yang dimiliki. Tiadalah tambahan baginya melainkan semakin jauh dari Allah.

Kita sangat merindukan kader yang selalu siap pakai; siap menghadapi benturan-benturan; memiliki etos kerja yang tinggi; bekerja dengan penuh dedikasi ; punya banyak inisiatif dan siap berkorban sebagaimana contoh yang telah diperankan oleh sosok Nabi Ibrahim As dan keluarganya Siti sarah dan Ismail As.

Seorang pelajaran yang berharga dapat dipetik dari seorang pahlawan kebenaran, Jenderal Thalut ketika mengerahkan sejumlah manusia sebagai calon kader untuk mengadakan perlawanan terhadap penguasa zhalim, Jenderal Jalut. 80.000 orang calon kader yang dikerahkan hanya 5% yang lulus, berarti hanya 4.000 orang. 76.000 orang diantaranya gugur tidak dapat dikatagorikan sebagai kader. Kenapa ? Hal ini karena banyak yang tidak lulus setelah diuji dengan sebuah sungai. Pemimpinnya memberikan perhatian bahwa, “Kita akan diuji dengan sebuah sungai, siapa yang minum airnya bukanlah golonganku. Yang tidak minum itulah yang termasuk golonganku kecuali yang semata-mata sekedar menceduk dengan cedukan tangan“. (S. Al-Baqarah: 249)

Tapi apa yang terjadi setelah sampai di tepi sungai itu, melihat airnya yang begitu bening mereka berlomba-lomba  terjun ke sungai itu. Mereka minum sepuas-puasnya malahan berenang dan menyelam sesuka hati. Alasannya karena kita telah melancarkan perjalanan panjang dan melelahkan, telah didera oleh lapar dan dahaga.

Mereka diperintahkan menyeberangi sungai, setelah mereka sampai diseberang sungai  tidak seorangpun diantara mereka yang telah memuas-muaskan dirinya itu yang siap menghadapi lawan. Mereka menyampaikan terus-terang kepada pemimpinnya bahwa kami tidak sanggup mengahadapi lawan yang begitu banyak. Ketidak sanggupan mereka menghadapi musuh bukan karena mereka lemah dari segi fisik, tapi mereka lemah mental karena melakukan pelanggaran.




Saudara-saudara kaum Muslimin rahimakumullah.





Inilah yang melanda bangsa kita saat ini ini, malahan juga melanda organisasi dan lembaga-lembaga Islam, baik itu organisasi sosial, organisasi massa atau organisasi politik. Karena hanya mengharapkan munculnya kader-kader tanpa upaya yang serius untuk itu.  Menangani pengkaderan secara serius saja, sejarah  telah mencatat bahwa cuma 5% yang bisa diharapkan. Apalagi kalau hanya santai dan tidak sunguh-sungguh. Akibatnya bukan kader yang memimpin dan mengendalikan kebijakan, maka  wajar andai selalu mendatangkan banyak masalah, tidak menambah kekuatan, tapi malahan melemahkan.  Tapi kalau kita berjaya melahirkan kader walaupun sedikit, namun kader itu telah teruji kesabaran dan ketabahannya, pasti akan dapat berbuat banyak dan melakukan gebrakan-gebrakan yang penuh arti. Sebagaimana firman Allah SWT yang mengatakan:
“Betapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak karena izin Allah, dan Allah beserta orang-orang yang sabar” (S.Al-Baqarah:249).


Calon-calon kader kita sekarang ujiannya bukan dalam bentuk sungai tapi kekayaan duniawi, kedudukan dan wanita. Manakala sudah berhadapan dengan materi  timbul rasa dendam terhadap kemiskinan  sehingga dengan cara  yang sangat sigap dia berusaha meraup kekayaan itu yang justru dapat melunturkan nilai-nilai kekaderannya.  Dia juga sudah mulai bermain-main dalam pencalonan untuk menjadi orang besar sehingga mulai menempuh segala macam cara untuk berhasil. Ujung-ujungnya memanfaatkan fasilitas yang bisa digunakan untuk memperkaya diri.

Demikian pula jebakan wanita. Sebagai calon-calon kader perjuangan  yang mempunyai potensi menjadi pemimpin yang baik di masa depan, musuh-musuh Islam tidak pernah berhenti berfikir untuk dapat menghancurkan nama baik dari calon-calon kader itu agar gugur di tengah jalan, tidak berlanjut kekaderannya. Terjadilah kasus-kasus skandal dengan artis, selingkuh dengan wanita-wanita cantik, media yang dikuasai oleh musuh-musuh Islam segera membesar-besarkan  sehingga tamatlah riwayat calon kader itu.

Hal lain yang patut menjadi contoh dari Nabi Ibrahim  seperti yang diungkap dalam sejarah bahwa beliau adalah manusia yang selalu terdepan jika mengangkat suatu pekerjaan.  Beliau selalu memilih pekerjaan yang paling berat untuk dikerja. Menurut prinsipnya, kalau pekerjaan ringan banyak saja yang dapat mengerjakan. Sehingga orang-orang yang menjadi pengikutnya selalu termotivasi untuk melakukan pekerjaan ini.

Sikap yang demikian ini adalah salah satu rahasia sukses yang dialami Nabi Ibrahim. Karena kalau seorang pemimpin tidak berani memikul tanggung jawab yang besar, hanya selalu mencari pekerjaan yang ringan-ringan dengan mengincer keuntungan dunia yang besar; hanya memperalat orang banyak untuk kepentingan dirinya; hanya menjadikan orang lain sebagai kuda tunggangan jangan harap akan dapat mengantar orang yang dipimpinnya kearah kesejahteraan dan ketentraman. Jangan harap akan mendapat kepercayaan penuh dan dapat meraih rasa cinta dari pengikutnya.

Saat sekarang ini kita merasakan langkanya pemimpin-pemimpin yang tampil memberikan teladan yang baik dan mengajak rakyatnya untuk  berlomba-lomba dalam kebaikan dan amal soleh. Karenanya jika kita menemukan pemimpin yang memiliki akhlak dan kepribadian yang baik, memiliki komitmen yang kuat terhadap pelaksanaan ajaran/syariat Islam, maka tentu kita wajib mendukung dan menopang kepemimpinannya.





Saudara-saudara kaum Muslimin rahimakumullah.





Nabi Ibrahim juga dikenal sebagai manusia yang patut diteladani dari segi kedermawanannya. Dicatat dalam sejarah bahwa Nabi Ibrahim adalah manusia yang paling senang menerima tamu. Kalau tiba waktu makan dan tidak ada orang yang ditemani makan dia keliling mencari teman makan. Nabi Ibrahim dikenal sebagai orang yang paling senang membantu kepada sesama manusia.  Kebiasaannya yang seperti inilah yang membuat orang sangat senang kepadanya.

Sifat dermawan ini hendaknya menjadi warna dari kehidupan seorang muslim. Karena lewat jiwa-jiwa yang dermawan inilah dakwah Islam dapat dikembangkan lebih maksimal dan dapat mengentaskan kemiskinan.  Pada zaman Rasulullah s.a.w. seorang sahabat bernama Abdurrahman bin Auf  pernah menyumbang  40.000 dinar untuk perjuangan yang kalau dirupiahkan sekarang sama dengan  25,5 milyard rupiah. Beliau juga pernah membagi-bagikan kepada Veteran Badr uang sebanyak 50.000 dinar kepada 100 orang masing-masing 500 dinar senilai 300 juta rupiah lebih. Itu baru seorang dermawan, belum dermawan-dermawan yang lain. Sehingga dengan kedermawanan sahabat-sahabat Rasulullah yang dikaruniai oleh Allah SWT kekayaan banyak sekali hal-hal yang memerlukan pendanaan yang dapat diselesaikan.

Kita harus meyakini bahwa dengan berinfaq fi sabilillah, kita tidak akan menjadi miskin dan harta pun tidak akan berkurang, tetapi justru akan memberikan tambahan keberkahan. Rasulullah s.a.w. bersabda:

Setiap hari dua malaikat turun kepada separng hamba. Salah satunya berdoa: “Ya Allah berilah pengganti dari harta orang yang berinfaq” Dan yang lain berdoa: “Ya Allah binasakanlah harta orang yang tidak mau berinfaq” (Hadits Riwayat Bukhari _Muslim)

Memang terbukti bahwa perjalanan hidup orang yang pemurah dan dermawan  akan dilapangkan rezekinya dan  diberikan kebahagiaan dalam kehidupannya. Oleh karenanya, bagi kita yang memiliki kelapangan rezeki pada hari ini, marilah kita  mengambil bagian dari kewajibah ber-qurban. Masih ada waktu hingga 3 hari sesudah ini. Allah SWT mengingatkan kepada kita:

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu pemberian yang banyak . Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dn berqurbanlah. Sesunguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang binasa. (S.Al-Kautsar : 1 – 3 )

Ayat ini bukan hanya sekedar memerintahkan kita memotong hewan seperti seekor sapi untuk 7 keluarga dan seekor kambing untuk satu keluarga, tapi juga memberi jaminan bahwa dengan menegakkan dan memperbaiki shalat  menjadi alasan bagi Allah untuk membela kita dan menghancurkan lawan-lawan Islam.

Semoga Allah SWT memberkati kita semua. Amien!