Sabtu, 11 April 2015

Perbedaan Nabi Kemudian Rasul







Perbedaan Nabi Kemudian Rasul















Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Memang benar ada perbedaan antara nabi dan rasul. Ulama mengatakan bahwa nabi ialah seorang yang diberi wahyu oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan suatu syari’at tetapi tidak diperintah untuk menyampaikannya, tapi mengamalkannya sendiri tanpa ada keharusan untuk menyampaikannya. Sedangkan rasul ialah seorang yang mendapat wahyu dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan suatu syari’at serta ia diperintahkan untuk menyampaikannya dan mengamalkannya. Setiap rasul mesti nabi, tetapi tidak setiap nabi itu rasul. Jadi para nabi itu jauh lebih banyak ketimbang para rasul.









Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu’jizat melainkan dengan seizin Alloh










Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015
,Sebagian rasul-rasul itu dikisahkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an dan sebagian yang lain tidak dikisahkan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu’jizat melainkan dengan seizin Alloh”. (QS: Ghafir : 78)










Bertolak dari ayat ini, maka dapat disimpulkan bahwa setiap nabi yang disebutkan di dalam Al-Qur’an adalah juga sebagai rasul.











Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Rasul-rasul yang ada tidak memiliki keutamaan yang sama, Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, yg artinya: “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Alloh berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Alloh meninggikannya beberapa derajat”. (QS: Al-Baqarah: 253) dan yang artinya: “Sungguh telah Kami utamakan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian yang lain”. (QS: Al-Isra: 55)












mereka itu benar dan jujur dalam membawa risalah 












Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Kita semua wajib beriman dengan seluruh rasul itu bahwa mereka itu benar dan jujur dalam membawa risalah serta membenarkan apa yang diwahyukan kepada mereka. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Katakanlah (hai orang-orang mu’min) : “Kami beriman kepada Alloh serta apa yang diturunkan kepada kami, dan tentang yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’kub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan ‘Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami sebatas tunduk patuh kepada-Nya”. (QS: Al-Baqarah: 136)

Dan ini adalah yang diyakini oleh Rasululloh Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam serta orang-orang yang beriman. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Alloh, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya”. (QS: Al-Baqarah: 285)

Maka kita tidak membedakan salah seorangpun dari rasul-rasul itu dalam hal mengimaninya; masing-masing benar dan dibenarkan serta risalah yang dibawa adalah haq. Tetapi kita boleh membedakan dalam dua hal:








Dalam keutamaan.







Kita memprioritaskan sebagian dari para rasul atas sebagian yang lain sebagaimana Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mengutamakan sebagian atas sebagian yang lain serta mengangkat sebagian dari mereka beberapa derajat. Tapi kita tidak menyatakannya dengan nada membanggakan ataupun menyatakannya dengan nada membanggakan atau meremehkan yang diungguli.

Dalam hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Al-Bukhari disebutkan bahwa seorang Yahudi telah bersumpah: “Tidak ! Demi yang memilih Musa atas sekalian manusia”. Maka seorang laki-laki dari Anshar menempeleng muka laki-laki Yahudi itu waktu mendengar ucapannya seraya mengatakan: “Jangan kau katakan demikian sedangkan Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa sallam berada di tengah-tengah kami!”. Maka si Yahudi itu datang menghadap Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa sallam, dan mengadu kepada beliau. “Aku punya dzimmah (jaminan perlindungan) dan perjanjian. Lalu apa gerangan yang membuat si fulan menempeleng mukaku ?” Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa sallam kemudian bertanya kepada laki-laki anshar tadi: “Kenapa kamu menempeleng mukanya ?”. Maka ia pun mengutarakan permasalahannya, dan Nabi hasilnya murka sampai terlihat sesuatu di muka beliau. Beliau kemudian bersabda, “Janganlah engkau melebihkan di antara nabi-nabi Alloh!”.

Dalam hadits Shahih Al-Bukhari dan yang lain juga disebutkan riwayat dari Abu Hurairah RadhiyAllohu ‘anhu bahwa Rasulullah ShallAllohu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, yang artinya: “Tidak layak bagi seorang hamba untuk mengatakan, Aku lebih baik daripada Yunus bin Mata !”.










Dalam hal ittiba’.









Kita tidak dapat mengikuti rasul kecuali yang terkadang diutus untuk kita, yaitu nabi Muhammad ShallAllohu ‘alaihi wa sallam, dikarenakan syari’at Nabi ShallAllohu ‘alaihi wa sallam telah menasakh seluruh syari’at yang sebelumnya. Dimana Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) serta batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Alloh turunkan serta janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan (syari’at) dan jalan yang terang (minhaj)”. (QS: Al-Maidah: 48)