Minggu, 19 April 2015

Semua jiwa pasti akan kembali kepada pemilik dan penciptanya










Semua jiwa pasti akan kembali kepada pemilik dan penciptanya 













Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Semua yg ada di dunia ini yaitu fana serta tiada yg kekal, namun bukan berarti telah berakhir hingga disini. Tapi menuju ke alam setelahnya yaitu hari akhir, suatu kehidupan yg kekal tiada berakhir. Semua jiwa pasti akan kembali pada pemilik lalu penciptanya yaitu Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sehabis ditiup sangkakala yg kedua segala manusia dibangkitkan dari kuburan-kuburan mereka di dalam kondisi tdk membawa apa pun, tidak beralas kaki, tdk berbusana, serta juga tidak berkhitan.















Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berbusana














Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Seperti hadits yg diriwayatkan Aisyah, bahwa baginda Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Manusia akan dibangkitkan dalam hari kiamat pada kondisi tdk beralas kaki, tidak berbusana, dan tidak berkhitan.” Kemudian Aisyah berkata: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam! Apakah seluruh para wanita serta laki-laki seperti itu, hingga saling melihat diantara mereka? Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, yg maksudnya: “Wahai Aisyah! Kondisi sewaktu itu amat ngeri dari pada sekedar melihat antara satu dgn lainnya.” (HR: Al Bukhari no 6527 dan Muslim no. 2859)
Selanjutnya manusia dikumpulkan di padang mahsyar menanti penghisaban (perhitungan) seluruh amal perbuatannya selama hidup di dunia. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang maksudnya: “Sebetulnya pada Kami-lah mereka akan kembali, lalu sebetulnya keharusan Kami-lah menghisab mereka.” (QS: Al Ghasyiyah: 25-26)















Tahap penghisaban amal perbuatan manusia dipadang mahsyar
















Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Tahap penghisaban amal perbuatan manusia dipadang mahsyar merupakan bagian adzab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala bersama siapa saja yg dihisap pada hari itu. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam besabda, yg maksudnya: “Barangsiapa yg dihisab di hari kiamat bararti dia sudah merasakan adzab.” Aisyah berkata: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bukankah Alloh Subhanahu wa Ta’ala sudah berfirman (yg artinya): “(Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanan) jadi dia akan dihisab dgn hisab yg mudah.”(QS: Al Insyiqaq: 8) Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Sebetulnya itu adalah sekedar memperlihatkan amalannya, akan tetapi barangsiapa yg diperiksa penghisabannya pada hari kiamat berarti dia telah merasakan adzab.” (HR: Muslim no. 2876)










bersandalkan dengan api neraka














Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Pada hari penghisaban saja sungguh-sungguh mengerikan serta tersiksa. Bagaimana pula dgn bentuk adzab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala di neraka jahannam nanti. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam sudah menggambarkan tingkatan neraka yg paling ringan, seperti pada hadits yg shahih, yg maksudnya: “Sebetulnya adzab yg paling ringan bagi penghuni neraka yaitu seseorang yg bersandalkan dgn api neraka, maka mendidihlah otaknya disebabkan dari panas kedua sandalnya.” (HR: Muslim no. 211)












mengantarkan ke dalam al janah tanpa hisab dan adzab














Akan tetapi Alloh Subhanahu wa Ta’ala Al Ghaffur (Yg Maha Pengampun) dan Ar Rahim (Yang Maha Pengasih) sudah membentangkan rahmat-Nya yg amat luas. Diantara rahmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan petunjuk pada orang tentang jalan yg dapat mengantarkan ke dalam al janah tanpa hisab serta adzab. Jalan tersebut sudah dijelaskan oleh Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam di dalam haditsnya, yg maksudnya: “Akan masuk al jannah dari umatku tujuh puluh ribu tanpa hisab lalu adzab (dalam riwayat lain; wajah-wajah mereka bercahaya bagaikan cahaya rembulan di bulan purnama).” Kemudian Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam berdiri kemudian masuk ke dalam rumah. Sementara para shahabat Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menduga-duga siapakah golongan mereka itu. Diantara para shahabat ada yg menduga; “Semoga mereka ialah orang-orang yg jadi sahabatnya”. Yg lainnya mengira; “Saya harap mereka yaitu orang-orang yg lahir di dalam kondisi Islam serta tdk pernah berbuat kesyirikan”, dan perkiraan-perkiraan yg lainnya. Kemudian Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam keluar dari rumahnya serta mengkhabarkan sifat golongan yg bakal jadi penghuni al jannah tanpa hisab serta adzab. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yg maksudnya: “Mereka itu adalah orang-orang yg tdk meminta kay (praktek pengobatan dgn menempelkan besi panas atau semisalnya pada bagian tubuh yang sakit), tdk meminta ruqyah, lalu tidak pula berfirasat sial (dengan sebab melihat sesuatu yg disangka ganjil seperti burung dan semisalnya), serta mereka bertawakkal penuh pada Rabb mereka.”  Kemudian Ukasyah bin Mihshan berdiri seraya berkata: “(Wahai Rasululloh) berdo’alah pada Alloh Subhanahu wa Ta’ala agar aku termasuk golongan mereka. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam  bersabda: “Engkau termasuk dalam golongan tersebut”. (HR: Al Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 374)













Manusia Pilihan













Ciri Ciri Golongan Penghuni Al Jannah Tanpa Hisab Dan Adzab

Pertama: Tidak Meminta Kay
Kay yaitu praktek pengobatan dengan cara menempelkan besi maupun semisalnya yg sudah dipanaskan pada bagian tubuh yg sakit.

Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yg maksudnya: “Penyembuhan itu dgn tiga hal: minum madu, berbekam, lalu kay, akan tetapi aku melarang umatku dari pengobatan kay. (Dalam riwayat lain; Dan aku tidak mencintai pengobatan dgn kay)” (HR: Al Bukhari no. 5680)

Hadits-hadits di atas menampakkan hukum pengobatan dgn kay ialah boleh akan tetapi makruh (dibenci), hingga yg lebih utama adalah ditinggalkan. Dikarenakan Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam mencintai umatnya tuk meniggalkan pengobatan dengan cara kay. Terlebih pula berobat dgn kay mampu jadi penghalang tuk masuk ke dalam Al Jannah tanpa hisab dan adzab.

Kedua: Tidak Meminta Ruqyah
Ruqyah adalah praktek pengobatan dgn membacakan ayat-ayat Al Qur’an atau nama-nama dan sifat-sifat-Nya pada si penderita. Karena seluruh ayat-ayat Al Qur’an itu sebagai obat hati dan jasmani. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan Kami menurunkan Al Qur’an itu sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS: Al Isra’: 82)

Namun yang menjadi penghalang untuk masuk bagian dari golongan penghuni al jannah tanpa hisab dan adzab ini khusus bagi orang yg meminta ruqyah bukan yg meruqyah dirinya sendiri ataupun orang lain yang meruqyahnya tanpa ada unsur permintaan darinya. Adapun kalau dia sendiri meruqyah itu memang perkara yg lebih utama, karena dia telah bertawakkal penuh kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhkan dirinya dari bergantung kepada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Demikian pula orang lain yang meruqyah tanpa unsur permintaan dari si penderita itu pun tidak mengapa. Karena konteks hadits itu adalah yang bermakna “Tidak Meminta Ruqyah”.

Sesungguhnya malaikat Jibril pernah datang kepada Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam lalu berkata, yang artinya: “Wahai Muhammad, apakah engkau lagi sakit? Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: Ya. Kemudian malaikat Jibril meruqyahnya tanpa permintaan dari Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR: Muslim no. 2186)

Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam juga pernah ditanya tentang meruqyah, maka beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa diantara kalian yang dapat memberikan manfaat bagi saudaranya, maka lakukanlah.” (HR:  Muslim no. 2199)

Ketiga:  Tidak Bertathayyur
Tathayyur adalah sikap berprasangka sial yang disandarkan kepada sesuatu yang dilihat atau pun yang didengar. Misalnya, kebiasaan orang Arab terdahulu bila hendak safar (berpergian) melihat arah terbangnya burung. Bila terbang ke arah kanan maka safar akan dilakukan, sebaliknya bila terbang ke arah kiri menujukkan kesialan maka safar dibatalkan. Begitu pula ada sebagian orang yang menganggap sial atau pertanda akan ada musibah bila mendengar suara burung gagak di malam hari atau bila melihat cecak jatuh. Diantara waktu-waktu, hari-hari, atau bulan-bulan pun ada yang dianggap sial untuk diselengarakan acara-acara tertentu. Dan sebagainya dari tanda-tanda yang dianggap sial yang tersebar dimasyarakat kita.

Tathayyur ini merupakan perbuatan terlarang. Karena telah menyandarkan kesialan kepada sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya secara logis dan sebab musababnya. Termasuk aqidah kaum muslimin beriman kepada taqdir Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tarjadi atas kehendak Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata. Bila Alloh Subhanahu wa Ta’ala menghendaki sesuatu pasti akan terjadi, dan sebaliknya bila Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendaki sesuatu pasti tidak akan terjadi. Sehingga orang yang bertathayyur itu telah mengurangi nilai tawakkalnya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala karena ia menyangka bahwa ada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang bisa mendatangkan kesialan.

Padahal Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu merupakan taqdir Alloh, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.” (QS: Al A’raf: 131)

Keempat: Bertawakal Kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala
Bahwa sifat yang keempat ini merupakan buah dari tiga sifat sebelumnya. Maksudnya, dengan meninggalkan pengobatan kay, meninggalkan untuk meminta ruqyah dan meninggalkan tathayyur menunjukkan kemurnian tawakkal seseorang kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Karena seseorang tersebut telah melepas dari segala ikatan-ikatan ketergantungan kepada sesuatu selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan menyandarkan nasib dan hasilnya itu hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga barangsiapa yang benar-benar bertawakkal kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, niscaya Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebagai pencukupnya di dunia dan di akhirat kelak nanti akan digolongkan sebagai pewaris Al Jannah tanpa hisab dan tanpa adzab. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh, maka Dia sebagai pencukup baginya.” (QS: Ath Thalaq: 3)

Perlu kita pahami disini, bukan berarti Islam melarang untuk berobat. Sesungguhnya sifat penghuni Al Jannah tanpa hisab dan adzab itu karena mereka meninggalkan pengobatan yang dibenci (makruh) disaat sangat membutuhkannya dengan mencukupkan dirinya untuk bertawakkal hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Adapun berobat dengan sesuatu yang tidak dilarang maka tidak mengurangi tawakkal kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Ada seseorang yang bertanya kepada Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bolehkah aku berobat? Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam seraya menjawab: “Tentu, wahai hamba Alloh berobatlah kalian. Karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menciptakan penyakit melainkan pasti diciptakan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Kemudian para shahabat bertanya: “Apa itu (Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam) Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Penyakit pikun (karena ketuaan).” (HR: Ahmad, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Ghayatul Maram hal. 147). Semoga kita termasuk sebagai hamba Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang berkesempatan dan diberikan hidayah serta kekuatan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala; untuk menjadi Penghuni-Penghuni Al Jannah Tanpa Hisab dan Adzab. Amien….