Kamis, 23 April 2015

Wasiat Aqidah Imam Syafii

















Wasiat Aqidah Imam Syafi’i




















Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Imam Syafi’i, begitulah orang-orang menyebut kemudian mengetahui nama ini, sangat lekat di dalam hati, sehabis nama-nama layaknya Khulafaur Rasyidin. Tetapi sangat disayangkan, orang-orang mengetahui Imam Syafi’i semata-mata dalam kapasitasnya sebagai ahli fiqih. Padahal beliau adalah tokoh dari kalangan umat Islam dgn multi keahlian. Sebab itu ketika memasuki Baghdad, beliau dijuluki Nashirul Hadits (pembela hadits). Dan Imam Adz-Dzahabi menjuluki beliau dengan julukan Nashirus Sunnah (pembela sunnah) dan salah seorang Mujaddid (pembaharu) pada abad kedua hijriyah.
















wasiat Imam Syafi’i yang diberikan kepada para sahabatnya
















Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Muhammad bin Ali bin Shabbah Al-Baldani berkata: “Inilah wasiat Imam Syafi’i yang diberikan kepada para sahabatnya, ‘Hendaklah Anda bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Alloh Yang Maha Satu, yang,  tiada sekutu bagiNya. Lalu sesungguhnya Muhammad bin Abdillah adalah hamba dan RasulNya. Kami tidak membedakan para rasul antara satu dengan yang lain. Sebenarnya shalatku, ibadahku, hidup kemudian matiku hanya untuk Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata, Tuhan semesta alam yang tiada bersekutu dgn sesuatu pun. Untuk itulah aku diperintah, dan aku termasuk golongan orang yang menyerahkan diri kepadaNya. Sebenarnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala membangkitkan orang dari kubur lalu sesungguhnya Surga itu haq, Neraka itu haq, adzab Neraka itu haq, hisab itu haq dan timbangan amal beserta jembatan itu haq dan benar adanya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala membalas hambaNya sepantas dengan amal perbuatannya. Di atas keyakinan ini aku hidup dan mati, dan dibangkitkan lagi InsyaAlloh. Sebenarnya Al-Qur’an itu adalah kalam Alloh Subhanahu wa Ta’ala, bukan makhluk ciptaanNya. Sebenarnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala di hari akhir nanti akan dilihat oleh orang-orang mukmin dgn mata telanjang, jelas, terang tanpa ada suatu penghalang, dan mereka mendengar firmanNya, sedangkan Dia berada di atas ‘Arsy. Sebenarnya takdir, baik buruknya adalah berasal dari Alloh Yang Maha Perkasa dan Agung. Tidak terjadi sesuatu kecuali apa yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala kehendaki dan Dia tetapkan dalam qadha’ qadarNya.














bagi pengikut perang Jamal dan Shiffin





















Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Sebenarnya sebaik-baik manusia sesudah Baginda Rasullulloh shallallahu ‘alaihi wasallam ialah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali radhiallahu’anhum. Aku mencintai kemudian setia kepada mereka, dan memohonkan ampun tuk mereka, bagi pengikut perang Jamal kemudian Shiffin, baik yang membunuh atau yang terbunuh, lalu bagi segenap Nabi. Kami taat kepada pemimpin negara Islam (yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah) semasa mereka mendirikan sholat. Tidak boleh membangkang serta memberontak mereka dgn senjata. Kekhilafahan (kepemimpinan) berada di tangan orang Quraisy. Dan sesungguhnya tiap yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnya pun diharamkan. Dan nikah mut’ah ialah haram.
















Berimanlah dan pelajarilah agama ini
















Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Aku berwasiat kepadamu dgn taqwa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, konsisten dgn sunnah kemudian atsar dari Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu para sahabatnya. Tinggalkanlah bid’ah dan hawa nafsu. Bertaqwalah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala sejauh yang engkau mampu. Ikutilah shalat Jum’at, jama’ah dan sunnah (Rasullulloh Shallallahu’alaihi wasallam). Berimanlah dan pelajarilah agama ini. Siapa yang mendatangiku di waktu ajalku tiba, maka bimbinglah aku memahami “Laailahaillallah wahdahu lasyarikalahu waanna Muhammadan ‘abduhu warasuluh”.
Di antara yang diriwayatkan Abu Tsaur kemudian Abu Syu’aib terhadap wasiat Imam Syafi’i adalah: “Aku tidak mengkafirkan seseorang dari ahli tauhid dgn sebuah dosa, sekalipun mengerjakan dosa besar, aku serahkan mereka kepada Alloh Azza Wajalla kemudian kepada takdir serta iradah-Nya, baik maupun buruknya, dan keduanya ialah makhluk, diciptakan atas para hamba dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Siapa saja yang dikehendaki menjadi kafir, kafirlah dia, dan siapa yang dikehendakiNya menjadi mukmin, mukminlah dia. Tetapi Alloh Subhanahu wa Ta’ala  tidak ridha dgn keburukan lalu kejahatan dan tidak memerintahkan maupun menyukainya. Dia memerintahkan ketaatan, mencintai lalu meridhainya. Orang yang baik dari umat Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam  masuk Surga tidak merupakan karena kebaikannya (tetapi karena rahmatNya). Dan orang jahat masuk Neraka tidak merupakan karena kejahatannya semata. Dia menciptakan makhluk berlandaskan keinginan dan kehendakNya, maka segala sesuatu dimudahkan bagi orang yang diperuntukkannya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits. (Riwayat Al-Bukhari, Muslim dan lainnya).














pertentangan ataupun peperangan baik besar maupun kecil














Aku mengakui hak pendahulu Islam yang sholeh yang ditunjuk oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala untuk menyertai NabiNya, mengambil keutamaannya. Aku menutup mulut dari apa yang terjalin di antara mereka, pertentangan ataupun peperangan baik besar ataupun kecil. Aku mendahulukan Abu Bakar, lalu Umar kemudian Utsman kemudian Ali radhiallahu ‘anhum. Mereka ialah Khulafaur Rasyidin. Aku ikat hati kemudian lisanku, bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan, tidak merupakan makhluk yang diciptakan. Sedangkan mempermasalahkan lafazh (ucapan seseorang yang melafazhkan Al-Qur’an apakah makhluk atau bukan) adalah bid’ah, begitu pula sikap tawaqquf (diam, tidak mau mengatakan Al-Qur’an itu bukan,  makhluk, pun tidak mau mengatakan Al-Qur’an itu makhluk”) ialah bid’ah. Iman ialah ucapan lalu amalan yang menderita pasang surut. (Lihat Al-Amru bil Ittiba’, As-Suyuthi, hal. 152-154, tahqiq Mustofa Asyur; Ijtima’ul Juyusyil Islamiyah, Ibnul Qayyim, 165).















Kesimpulan wasiat di atas yaitu:












Aqidah Imam Syafi’i ialah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah

Sumber aqidah Imam Syafi’i adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Beliau pernah mengucapkan: suatu ucapan contohnya apapun tidak akan pasti (tidak diterima) kecuali dengan (dasar) Kitabulloh atau Sunnah RasulNya. Dan setiap yang membahas tidak berlandaskan Al-Kitab lalu As-Sunnah, maka ia adalah mengigau (membual, tidak ada artinya). Waallu a’lam. ( Manaqibusy Syafi’i, 1/470&475)

Manhaj Imam Syafi’i dalam aqidah menetapkan apa yang diharuskan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya, dan menolak apa yang ditolak oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya. Sebab itu beliau menetapkan sifat istiwa’ (Alloh Subhanahu wa Ta’ala bersemayam di atas), ru’yatul mukminin lirrabbihim (orang mukmin melihat Tuhannya) dan lain sebagainya.

        Dalam hal sifat-sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala, Imam Syafi’i mengimani makna zhahirnya lafazh tanpa takwil (meniadakan makna tersebut) apalagi ta’thil (membelokkan maknanya). Beliau berkata: “Hadits itu berdasarkan zhahirnya. Dan jika ia mengandung makna lebih dari satu, maka makna yang lebih mirip dengan zhahirnya itu yang lebih utama.” (Al-Mizanul Kubra, 1/60; Ijtima’ul Juyusy, 95).

        Imam Syafi’i pernah ditanya tentang sifat-sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang harus diimani, maka beliau menjawab, bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang telah dikabarkan oleh kitabNya dan dijelaskan oleh NabiNya kepada umatnya. Tidak seorang pun boleh menolaknya setelah hujjah (keterangan) sampai kepadanya karena Al-Qur’an turun dengan membawa nama-nama dan sifat-sifat itu.

        Maka barangsiapa yang menolaknya setelah tegaknya hujjah, ia adalah kafir. Adapun sebelum tegaknya hujjah, ia adalah ma’dzur (diampuni) karena kebodohannya, sebab hal (nama-nama dan sifat-sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala) itu tidak bisa diketahui dengan akal dan pemikiran. Alloh Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa Dia memiliki sifat “Yadaini” (dua tangan), dengan firmanNya, yang artinya: “Tetapi kedua tangan Alloh terbuka” (QS: Al-Maidah: 64). Dia memiliki wajah, dengan firmanNya, yang artinya: “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajahNya” (QS: Al-Qashash: 88).” (Manaqib Asy-Syafi’i, Baihaqi, 1/412-413; Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah, Al-Lalikai, 2/702; Siyar A’lam An-Nubala’, 10/79-80; Ijtima’ Al-Juyusy Al-Islamiyah, Ibnul Qayyim, 94).

    Kata-kata “As-Sunnah” dalam ucapan dan wasiat Imam Syafi’i dimaksudkan untuk tiga arti. Pertama, adalah apa saja yang diajarkan dan diamalkan oleh Rasululloh, berarti lawan dari bid’ah. Kedua, adalah aqidah shahihah yang disebut juga tauhid (lawan dari kalam atau ra’yu). Berarti ilmu tauhid adalah bukan ilmu kalam begitu pula sebaliknya. Imam Syafi’i berkata: “Siapa yang mendalami ilmu kalam, maka seakan-akan ia telah menyelam ke dalam samudera ketika ombaknya sedang menggunung”. (Al-Mizanul Kubra, Asy-Sya’rani, 1/60). Ketiga, As-Sunnah dimaksudkan sebagai sinonim dari hadits yaitu apa yang datang dari Rasululloh selain Al-Qur’an.

    Ahlus Sunnah disebut juga oleh Imam Syafi’i dengan sebutan Ahlul Hadits. Karena itu beliau juga berwasiat: “Ikutilah Ahlul Hadits, karena mereka adalah manusia yang paling banyak benarnya.” (Al-Adab Asy-Syar’iyah, Ibnu Muflih, 1/231). “Ahli Hadits di setiap zaman adalah bagaikan sahabat Nabi.” (Al-Mizanul Kubra, 1/60)

Di antara Ahlul Hadits yang diperintahkan oleh Imam Syafi’i untuk diikuti adalah Imam Ahmad bin Hanbal, murid Imam Syafi’i sendiri yang menurut Imam Nawawi: “Imam Ahmad adalah imamnya Ashhabul Hadits, imam Ahli Hadits.”

(Sumber Rujukan: Al-Majmu’, Syarhul Muhazzab; Siar A’lam, 10/5-6; Tadzkiratul Huffazh, 1/361; dan sebagaimana dilihat pada setiap penggalan diatas).