Minggu, 12 April 2015

Pertarungan Seorang Lelaki Dengan Iblis











Pertarungan Seorang Lelaki Dengan Iblis











Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Sepasang Suami isteri  awalnya hidup tenteram lalu mereka taat kepada perintah Tuhan, walaupun melarat. Semua yang dilarang Alloh  Subhaanahu Wa Ta’ala dihindari, kemudian ibadah mereka tekun sekali. Si Suami adalah seorang yang alim yang taqwa kemudian tawakkal. Tetapi sudah beberapa lama isterinya mengeluh terhadap kemiskinan yang tiada habis-habisnya itu. Ia memaksa suaminya supaya mencari jalan keluar. Ia membayangkan alangkah senangnya hidup jika segala-galanya serba cukup.










berangkat ke ibu kota dengan mencari pekerjaan














Paket Umroh Ramadhan 2015 ,pada suatuari laki yang lim itu berangkat ke ibu kota dengan mencari pekerjaan. Di tengah perjalanan dia mencermati sebatang pohon besar yang tengah dikerumuni orang. Diapun mendekat. Rupanya orang-orang itu sedang memuja-muja pohon yang konon keramat dan sakti itu. Banyak juga kaum wanita dan pedagang-pedagang yang meminta-minta supaya suami mereka setia atau dagangnnya laris.











Masyarakat tidak boleh dibiarkan menyembah serta meminta selain Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala






Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015

“Ini syirik,” fikir lelaki yang alim tadi. “Ini harus dibanteras habis. Masyarakat tidak dapat dibiarkan menyembah serta meminta selain Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala.” Lalu pulanglah dia dengan terburu-buru. Isterinya heran, mengapa secepat itu suaminya kembali. Lebih heran pula ketika dilihatnya si suami mengambil sebilah kapak yang diasahnya tajam. Lantas lelaki alim tadi bergegas keluar. Isterinya bertanya akan tetapi ia tidak menjawab. Segera dinaiki keledainya serta dipacu secepat-cepatnya ke pohon itu. Sebelum sampai di tempat pohon itu tumbuh, tiba-tiba melompat sesusuk tubuh tinggi  dan hitam. Dia ialah iblis yang menyerupai sebagai manusia.







“Hai, hendak kemana kamu?”










Paket Umroh Ramadhan 2015
“Hai, hendak kemana kamu?” tanya si iblis.
Orang alim tersebut menjawab, “Saya ingin menuju ke pohon yang disembah-sembah orang bagaikan menyembah Alloh. Saya sudah berjanji kepada Alloh akan menebang roboh pohon syirik itu.”
“Kamu tidak ada apa-apa hubungan dengan pohon itu. Yang penting kamu tidak ikut-ikutan syirik seperti mereka. Sudah pulang saja.”
“Tidak boleh, kemungkaran mesti diberantas,” jawab si alim bersikap tegas.
“Berhenti, jangan teruskan!” bentak iblis marah.









terjadilah perkelahian antara orang alim tadi dengan iblis










“Akan saya teruskan!”
Kerana masing-masing tegas pada pendirian, akhirnya terjadilah perkelahian antara orang alim tadi dengan iblis. Kalau melihat perbedan badannya, seharusnya orang alim itu dengan mudah boleh dibinasakan. Namun nyatanya iblis menyerah kalah, meminta-minta ampun. Kemudian dengan berdiri menahan kesakitan diaberkata, “Tuan, maafkanlah kekasaran saya. Saya tak akan berani lagi mengganggu tuan. Sekarang pulanglah. Saya berjanji, setiap pagi, jika Tuan selesai menunaikan sembahyang Subuh, di bawah tikar sembahyang Tuan saya sediakan wang emas empat dinar. Pulang saja berburu, jangan teruskan niat Tuan itu dulu,”







Renungan








Mendengar janji iblis dengan wang emas empat dinar itu, lunturlah kekerasan tekad si alim tadi. Ia teringatkan isterinya yang hidup berkecukupan. Ia teringat  dengan keluh kesah isterinya yang sangat membutuhkan uang. Setiap pagi empat dinar, dalam sebulan saja dia sudah dapat menjadi orang kaya. Mengingatkan desakan-desakan isterinya itu maka pulanglah dia. Patah niatnya semula hendak membanteras kemungkaran.

Demikianlah, semenjak pagi itu isterinya tidak pernah marah lagi. Hari pertama, ketika si alim selesai sembahyang, dibukanya tikar sembahyangnya. Betul di situ tergolek empat benda berkilat, empat dinar wang emas. Dia meloncat riang, isterinya gembira. Begitu juga hari yang kedua. Empat dinar emas. Waktu pada hari yang ketiga, matahari mulai terbit dan dia membuka tikar sembahyang, masih didapatinya uang itu. Tapi pada hari keempat dia mulai kecewa. Di bawah tikar sembahyangnya tidak ada apa-apa lagi keculai tikar pandan yang rapuh. Isterinya mulai marah kerana uang yang kemarin sudah dihabiskan sama sekali.

Si alim dengan lesu menjawab, “Jangan khuatir, besok barangkali kita bakal mendapat delapan dinar sekaligus.”
Keesokkan harinya, harap-harap cemas suami-isteri itu bangun pagi-pagi. Selesai sembahyang dibuka tikar sejadahnya kosong.
“Kurang ajar. Penipu,” teriak si isteri. “Ambil kapak, tebanglah pohon itu.”
“Ya, bener-bener dia telah menipuku. Akan aku habiskan pohon itu segalanya hingga ke ranting dan daun-daunnya,” sahut si alim itu.
Maka segera ia mengeluarkan keledainya. Sambil membawa kapak yang tajam dia memacu keledainya menuju ke arah pohon yang syirik itu. Di tengah jalan iblis yang berbadan tinggi besar tersebut sudah menghalang. Katanya menyorot tajam, “Ingin kemana kamu!!!” hardiknya menggegar.

“Akan kutebang pohon itu,” jawab si alim dengan gagah berani.
“Berhenti, jangan lanjutkan.”
“Bagaimanapun juga tidak boleh, sebelum pohon itu tumbang.”
Maka terjadilah kembali p+erkelahian yang hebat. Tetapi kali ini bukan iblis yang kalah, tapi si alim yang terkulai. Dalam kesakitan, si alim tadi bertanya penuh heran, “Dengan kekuatan apa engkau bisa mengalahkan saya, padahal dulu engkau tidak berdaya sama sekali?”

Iblis itu dengan angkuh menjawab, “Tentu saja saja engkau dahulu boleh menang, kerana waktu itu engkau keluar rumah untuk Alloh, demi Alloh. Andaikata kukumpulkan seluruh belantaraku menyerangmu sekalipun, aku takkan dapat mengalahkanmu. Kali ini kamu keluar dari rumah hanya kerana tidak ada uang di bawah tikar sajadahmu. Maka biarpun kau keluarkan segala kebolehanmu, tidak mungkin kamu mampun menjatuhkan aku. Pulang saja. Kalau tidak, kupatahkan nanti batang lehermu.”

Mendengar keterangan iblis ini si alim tadi tertegun. Ia merasa bersalah, dan niatnya bener-bener sudah tidak ikhlas kerana Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala lagi. Dengan lemas ia pulang ke rumahnya. Dibatalkan niat semula untuk menebang pohon itu. Ia tahu bahwa perjuangannya yang kali ini adalah tanpa keikhlasan karena Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala, dan ia sadar perjuangan yang seperti itu tidak akan menghasilkan apa-apa selain dari kesiaan yang berlanjutan. Sebab tujuannya adalah kerana harta benda, mengatasi keutamaan Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala  dan agama. Bukankah bererti ia menyalahgunakan agama untuk kepentingan hawa nafsu semata-mata?

“Barangsiapa di antaramu melihat sesuatu kemungkaran, hendaklah (berusaha) memperbaikinya dengan tangannya (kekuasaan), bila tidak mungkin hendaklah berusaha memperbaikinya dengan lidahnya (nasihat), bila tidak mungkin pula, hendaklah mengingkari dengan hatinya (tinggalkan). Itulah selemah-lemah iman.” (HR: Muslim)